, ,

Senin Kelam: Liwa, Lampung Barat Dihujani Es dan Diterpa Angin Kencang

oleh -106 Dilihat

Lampung Barat Diguncang Hujan Es dan Angin Kencang: Fenomena Langka dan Penjelasan Ilmiah BMKG

Majalah Metro– Senin sore, 29 September 2025, adalah hari yang tak akan mudah dilupakan oleh warga Liwa, Kabupaten Lampung Barat. Suasana yang biasanya tenang tiba-tiba berubah mencekam. Langit yang cerah berubah gelap gulita dalam sekejap, seolah hendak menelan bumi. Suara gemuruh dahsyat menggema, bukan hanya dari langit, tetapi juga dari atap-atap rumah yang dipenuhi bunyi dentaman keras. Bukan hujan air biasa yang turun, melainkan butiran-butiran es sebesar kelereng yang menghujani kawasan itu, diiringi oleh desiran angin kencang yang menerbangkan benda-benda ringan dan membuat pepohonan bergoyang hebat.

Fenomena alam yang langka ini menimbulkan decak kagum sekaligus kepanikan di kalangan warga. Bagi banyak orang, ini adalah pengalaman pertama mereka menyaksikan hujan es secara langsung.

“Selama saya di sini baru kali ini merasakan hujan es di dekat Liwa. Jadi memang saat kejadian itu sedang di rumah dan bunyi di atas keras sekali bikin kaget,” tutur Elva, seorang warga setempat, menggambarkan kejadian yang berlangsung singkat namun intens itu.

BMKG Jelaskan Biang Keroknya: Sang Raksasa Awan Cumulonimbus

Menanggapi fenomena yang viral dan menghebohkan ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) segera memberikan penjelasan ilmiah untuk meredakan kecemasan masyarakat. Prakirawan BMKG Raden Intan Lampung, Yoyok Dewantoro, membeberkan bahwa dalang di balik peristiwa spektakuler ini adalah awan Cumulonimbus (Cb), sang “raksasa” di antara jenis-jenis awan.

Hujan Es Melanda Sejumlah Wilayah Jatim, Ini Kata BMKG - Suara Merdeka Solo

Baca Juga: Pemkot Metro apresiasi Film Pendek lokal tema edukasi, naik ke layar lebar

Yoyok menjelaskan proses terbentuknya hujan es dengan gamblang. “Hujan es terbentuk karena di dalam awan Cumulonimbus terdapat arus naik (updraft) yang sangat kuat,” ujarnya. Arus naik yang bertenaga besar inilah yang menjadi “mesin pembuat es”.

Begini kira-kira proses detailnya:

  1. Di dalam awan Cumulonimbus yang sangat tinggi dan dingin, terdapat butiran air super dingin (supercooled water) dan butiran es kecil.

  2. Arus naik yang kuat mendorong butiran-butiran es kecil ini melayang naik ke puncak awan yang suhunya jauh di bawah nol derajat.

  3. Di puncak, butiran es itu membeku sempurna. Kemudian, gravitasi menariknya turun.

  4. Namun, di tengah perjalanan turun, ia kembali ditangkap oleh arus naik yang kuat dan terdorong naik lagi.

  5. Proses naik-turun ini terjadi berulang kali. Setiap kali ia turun melalui lapisan awan yang mengandung air super dingin, lapisan es baru akan menempel pada permukaannya, seperti proses membalut bola salju.

  6. Setelah butiran es itu telah bertambah lapisannya berkali-kali dan menjadi terlalu berat untuk dilawan oleh kekuatan arus naik, akhirnya gravitasi mengambil alih. Butiran es itu pun jatuh ke bumi sebagai hujan es (hail) yang kita saksikan.

Fenomena Singkat nan Intens dan Dampaknya

Yoyok menambahkan bahwa karakteristik utama dari hujan es adalah durasinya yang singkat. “Fenomena hujan es biasanya berlangsung singkat, hanya sekitar lima hingga sepuluh menit, namun dengan intensitas tinggi,” jelasnya.

Meski singkat, dampaknya bisa signifikan. Hujan es jarang datang sendirian. Ia biasanya menjadi bagian dari sistem cuaca ekstrem yang juga membawa hujan deras, angin kencang berkecepatan tinggi, dan sambaran petir. Kombinasi mematikan inilah yang persis dialami warga Liwa. Angin kencang yang menyertai berpotensi merobohkan pohon, papan reklame, dan merusak atap rumah. Sementara hujan esnya sendiri dapat merusak kendaraan, atap berbahan seng, dan tanaman pertanian.

Dampak langsung yang dirasakan warga adalah pemadaman listrik di beberapa area, diduga akibat terganggunya jaringan listrik oleh angin kencang atau mungkin sambaran petir.

Skintific

No More Posts Available.

No more pages to load.