, ,

Di Tengah Gelaran PKD IV, Gubernur Lampung Luncurkan Dua Buku Penting untuk Jaga Identitas Budaya

oleh -53 Dilihat

Melacak Jejak Sejarah, Merawat Identitas: Gubernur Lampung Luncurkan Dua Buku Toponimi dalam PKD IV

Majalah Metro– Di tengah derasnya arus modernisasi yang kerap mengikis ingatan kolektif, upaya merawat akar sejarah dan identitas budaya menjadi sebuah keniscayaan. Menyadari hal ini, Pemerintah Provinsi Lampung, di bawah kepemimpinan Gubernur Rahmat Mirzani Djausal, mengambil langkah strategis dengan meluncurkan dua buku kebudayaan yang mengangkat kekayaan toponim daerah. Dalam rangkaian Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) IV, dua karya penting, “Toponimi Bandarlampung” dan “Toponimi Sumatra Bagian Selatan”, resmi diluncurkan pada Rabu, 22 Oktober 2025, di Taman Budaya Lampung.

Peluncuran yang berlangsung khidmat ini bukan sekadar seremoni, melainkan penanda komitmen pemerintah dalam membangun kesadaran sejarah dan memperkuat literasi kebudayaan. Acara yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung ini menjadi salah satu agenda utama PKD IV yang berlangsung dari 21 hingga 26 Oktober 2025, menyemarakkan gelaran budaya dengan napas intelektual.

Dua Karya Monumental dari Akademi Lampung

Kedua buku tersebut merupakan buah pemikiran dan penelitian mendalam dari para intelektual Lampung yang tergabung dalam Akademi Lampung, bekerja sama dengan Pustaka LaBrak Bandarlampung. “Toponimi Bandarlampung” ditulis oleh Iwan Nurdaya Djafar, yang juga Sekretaris Akademi Lampung, sementara “Toponimi Sumatra Bagian Selatan” adalah karya Anshori Djausal, sang Ketua Akademi Lampung. Secara simbolis, kedua penulis menyerahkan karyanya kepada Gubernur Lampung, sebuah bentuk dedikasi nyata untuk pelestarian sejarah dan identitas kultural daerah.

KPK panggil gubernur Lampung untuk klarifikasi sejumlah transaksi - ANTARA News

Baca Juga: Di Era Digital, Polsek Semaka Bergerak Cepat Klarifikasi Hoaks Warga Dimangsa Harimau

Acara peluncuran tidak berhenti pada serah terima buku, tetapi diperkaya dengan sesi bedah buku yang menghadirkan perspektif dari berbagai kalangan. Buku “Toponimi Bandarlampung” dibedah langsung oleh Iwan Nurdaya Djafar dengan pembahas Wakil Wali Kota Bandar Lampung, Dedi Amrullah, menghadirkan dialog antara akademisi dan pemangku kebijakan. Sementara itu, “Toponimi Sumatra Bagian Selatan” dibedah oleh Anshori Djausal bersama Maspriel Aries, seorang jurnalis dan pegiat literasi, yang memantik diskusi dari sudut pandang komunikasi dan sosial budaya. Seluruh proses diskusi dimoderatori dengan apik oleh Dr. Khaidarmansyah, dosen IIB Darmajaya yang juga anggota Akademi Lampung.

Mengapa Toponimi Penting?

Bagi sebagian orang, toponimi mungkin terdengar asing. Namun, ilmu yang merupakan cabang dari onomastika ini memegang peran krusial. Toponimi adalah ilmu yang mempelajari asal-usul, makna, penggunaan, dan tipologi nama tempat. Dalam konteks Lampung, toponimi bagaikan mesin waktu yang mengungkap lapisan-lapisan hubungan harmonis antara manusia, sejarah panjang, dan lingkungan geografis yang ditempatinya.

Buku “Toponimi Bandarlampung” hadir sebagai ensiklopedia mini yang menyajikan 14 bab pembahasan mendalam. Iwan Nurdaya Djafar dengan teliti menelusuri nama-nama tempat di ibu kota provinsi, mulai dari sungai yang membelah kota, bukit yang menjadi penanda alam, hingga kawasan pemukiman, pasar, rumah ibadah, dan sekolah. Ia menghidupkan kembali makna di balik nama-nama lama yang nyaris tenggelam oleh zaman, termasuk menyingkap asal-usul wilayah Telukbetung yang telah menjadi pusat denyut kehidupan sejak abad ke-17.

“Melalui pelacakan toponimi, kita tidak hanya membaca nama, tapi juga mendengar suara masa lalu,” ujar Iwan dalam sesi bedah bukunya. “Buku ini berupaya menjembatani generasi kini dengan akar sejarah kotanya. Setiap nama jalan, kampung, atau sungai menyimpan cerita yang membentuk jati diri Bandarlampung hari ini.”

Sementara itu, “Toponimi Sumatra Bagian Selatan” memperluas cakrawala dengan menjangkau berbagai daerah di luar Lampung. Buku ini menggunakan pendekatan multidisiplin, menyatukan perspektif sejarah, linguistik, dan antropologi untuk membaca peta kultural yang lebih luas di wilayah Selatan Sumatra. Ekspansi pembahasan ini menunjukkan bahwa jejaring budaya dan sejarah di region ini saling terhubung, menawarkan pemahaman yang lebih holistik.

Skintific

No More Posts Available.

No more pages to load.